Berapa banyak dari lulusan sarjana yang akhirnya memilih untuk bekerja di kantor? Ya, walaupun tidak sedikit juga yang berani mengambil risiko dengan menjalani usaha sendiri. Namun, dengan semakin banyaknya pilihan aktivitas yang bisa dilakukan oleh generasi Y (lahir antara tahun 1977-1994), berapa banyak tenaga dan pikirannya yang rela mereka curahkan untuk sepenuhnya berada di kantor?
Beragam penelitian dilakukan, untuk mengetahui dengan pasti apa saja hal-hal yang menjadi “penarik” dan yang membuat seseorang “bertahan” untuk mencurahkan sepenuh jiwa raganya pada instansi yang memberikan mereka kompensasi. Kali ini, saya ingin mengulas dari sudut pandang salah satu gen-Y, dan dengan sederhana, hasil Towers Watson 2014 Global Workforce Study dan 2014 Global Talent Management and Rewards Study.
Lima besar hal-hal yang membuat karyawan “bertahan” pada satu pekerjaan/instansi, yang membuat mereka engage secara utuh adalah
1. Gaji
Salah satu kebutuhan dasar yang tidak mungkin dihindari. Manusia sejak lahir sampai tidak mampu bergerak lagi, membutuhkan uang. Gaji adalah bentuk penghargaan perusahaan terhadap karyawannya. Kerja keras, usaha, waktu, pikiran yang dicurahkan untuk memberikan kinerja baik pada perusahaan, akan langsung dirasakan dampaknya dengan pemberian gaji yang memadai. Ya, walaupun ada istilah “rumput tetangga selalu lebih hijau”, sebagai HRD atau bos yang baik, minimal yakinkan bahwa Anda sudah menggaji karyawan Anda dengan baik. Pantau terus gaji kompetitor. Sebagai faktor diurutan teratas, hal ini yang paling mudah membuat seseorang tidak lagi merasa dihargai dan akhirnya memilih untuk pindah ke perusahaan yang “berani” memberikan gaji lebih besar. Manusiawi.
2. Kesempatan Pengembangan Karir
Siapa yang bilang kalau generasi Y masa kini hanya senang duduk-duduk di kafe dan menghamburkan uang lewat teknologi? Merasa berhasil untuk menyelesaikan tahapan demi tahapan yang ada di pekerjaan profesionalnya, membuat mereka merasa tertantang. Naik kelas.
3. Kepercayaan/Percaya Diri para Pemimpin Senior
Ternyata, karisma dan kepercayaan seseorang pekerja pada pemimpin di kantornya merupakan salah satu pendorong ia bertahan. Ketika seorang pemimpin mampu memberikan keputusan dengan arif, mampu menaklukan seisi kantor hanya dengan senyuman, atau mungkin selalu menganggap bahwa seisi kantor mempunyai tempat yang setara, sering membuat karyawan merasa damai. Feels like home. Tidak perlu lah hari gini jadi pemimpin yang diktator, pemimpin yang galak, yang apa-apa harus dilayani. “Anak jaman sekarang” terkadang punya terlalu banyak alasan untuk merasa jengah dengan tindakan yang tidak nyaman seperti itu.
4. Rasa Aman terhadap Pekerjaannya
Perasaan yakin bahwa sebagai pekerja, seseorang mempunyai masa depan di perusahaan ini adalah salah satu hal yang penting dimiliki. Buat apa kerja keras kalau sampai 20 tahun saya akan tetap ada di bangku ini? “Ya mendingan lirik kanan kiri”.
5. Lama Perjalanan dari Rumah ke Kantor
Menariknya, di kota-kota besar dengan kondisi jalanan special seperti Jakarta, jarak/lama perjalanan mereka dari rumah ke kantor menjadi alasan mereka survive di satu kantor. “Lama-lama capek juga ya setiap hari tua di jalan”.
Nah, jadi, sebenarnya ada hal-hal yang bisa dikelola, kalau Anda punya perusahaan, agar karyawan Anda “betah” bekerja di kantor. Selain hal-hal dasar, ternyata ada hal-hal yang jarang tersentuh untuk diperhatikan. Tidak hanya untuk perusahaan skala internasional loh, pengetahuan ini juga cocok diterapkan di banyak industry.
Sebagai salah satu generasi Y, saya percaya bahwa negeri ini ke depannya mempunyai masa depan yang cerah. Walaupun betapa sulitnya kondisi perekonomian global saat ini, banyak yang di-PHK, ada yang nggak naik gaji, ada yang kafenya jadi sepi pengunjung, tapi toh kalau memang masih ingin berkegiatan dan hidup, we almost have no other options, right?
Tetap semangat, dan percaya kalau semua tantangan di dunia pekerjaan akan membawa kita naik kelas sebagai manusia. Ya, ngeluh-ngeluh dikit gapapa. ;p
NB: Lebih lengkapnya, bisa kunjungi towerswatson.com untuk hasil studi terkait Human Capital yang lebih lanjut.